Sabtu, 18 September 2010

Kiat Membangun Kepercayaan Diri

Banyak ahli menilai, percaya diri merupakan faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal. Karenanya, tidak sedikit pula yang memberikan pandangannya mengenai teknik-teknik membangkitkan rasa percaya diri.


Dalam dimensi yang sangat luas, sukses adalah milik semua orang. Tetapi, tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan atau meraih kesuksesan. Kebanyakan orang menilai bahwa kesuksesan adalah milik orang-orang yang ber-IQ tinggi, lulusan sekolah terbaik dan memilih spesialisasi yang paling terkenal.

Penilaian ini memang tidak sepenuhnya salah, tetapi kita juga harus melihat fenomena yang lebih luas, bahwa tidak sedikit orang-orang sukses yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Dengan kata lain, IQ tinggi, lulusan sekolah terbaik dan spesialisasi yang terkenal hanyalah bagian dari penunjang kesuksesan.

Di luar kemampuan itu, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam memprediksi kesuksesan seseorang; itulah yang kita sebut, antusiasme, hasrat, ketekunan, kerja keras, serta kebulatan tekad seumur hidup yang dimilikinya.

Sebagian pakar menilai bahwa untuk mencapai sukses, kematangan pribadi seseorang sangat dibutuhkan. Sebab kematangan pribadi akan mengantarkan seseorang pada sikap optimis dan kesadaran bahwa apa yang dicita-citakannya akan mudah diraih.

Di sisi lain, meraih kesuksesan jelas bukanlah perkara gampang. Ketika kita berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan, tentu banyak tantangan yang harus dihadapi. Ada kalanya seseorang begitu tegar, tetapi tidak sedikit juga yang patah semangat bahkan menyerah karena merasa tidak sanggup menghadapi tantangan yang ada di depannya.

Pada saat semacam inilah, rasa percaya diri sangat penting ditumbuhkan. Banyak ahli menilai bahwa percaya diri merupakan faktor penting yang menimbulkan perbedaan besar antara sukses dan gagal. Karenanya, tidak sedikit pula yang memberikan pandangannya mengenai teknik-teknik membangkitkan rasa percaya diri. Berikut ini adalah beberapa kiat guna membangun percaya diri.

Pertama, berani menerima tanggung jawab. Gerald Kushel, Ed.D., direktur The Institute of Effective Thinking, pernah mengadakan penelitian terhadap sejumlah manajer. Dari penelitian tersebut, Kushel menyimpulkan bahwa ia menemukan sifat terpenting yang dimiliki oleh hampir semua manajer yang memiliki kinerja tinggi.

Dan sifat tersebut adalah rasa tanggung jawab yang mendorong mereka untuk tampil "sempurna" tanpa peduli pada hambatan apapun yang menghadangnya. Sebaliknya, manajer yang berkinerja buruk dan gagal mencapai kapasitas maksimumnya cenderung melimpahkan kesalahannya pada siapa saja.

Kedua, kembangkan nilai positif. Jalan menuju kepercayaan diri akan semakin cepat manakala kita mengembangkan nilai-nilai positif pada diri sendiri. Menurut psikolog Robert Anthony, PhD., salah satu cara untuk mengembangkan nilai-nilai positif adalah dengan menghilangkan ungkapan-ungkapan yang mematikan dan menggantinya dengan ungkapan-ungkapan kreatif. Dia menganjurkan membuat peralihan bahasa yang sederhana tapi efektif dari pernyataan negatif ke pernyataan positif. Misalnya, mengganti kata, "Saya tidak bisa," menjadi, "Saya bisa!"

Ketiga, bacalah potensi diri. Segeralah lacak, gali, dan eksplorasi potensi sukses yang ada pada diri kita. Misalnya dengan bertanya kepada orang-orang terdekat. Termasuk juga mengikuti psikotes dan mendatangi para ahli seperti psikiater, dokter bahkan kiai untuk melacak potensi kita. Karena bisa jadi sangat banyak potensi yang kita miliki tanpa kita sadari, sehingga tidak berhasil kita gali.

Keempat, berani mengambil risiko. Keberanian dalam mengambil risiko ini penting, sebab daripada menyerah pada rasa takut alangkah lebih baik belajar mengambil risiko yang masuk akal. Cobalah menerima tantangan, kendati terasa menakutkan atau menciutkan hati. Cari dukungan sebanyak mungkin.

Dengan melakukan hal ini, kita akan mendapat banyak peluang yang tak ternilai harganya. Namun jangan lupa, ketika mencoba sesuatu kita harus siap dengan hasil yang sesuai atau tidak sesuai dengan keinginan.

Kalau hasilnya tak sesuai dengan keinginan, bisa jadi itulah yang terbaik menurut Allah Azza wa Jalla. Kalau kita sudah mencoba, maka niatnya saja sudah menjadi amal. Orang yang gagal adalah orang yang tak pernah berani mencoba. Bukankah menaiki anak tangga kelima puluh harus diawali dengan tangga pertama?

Kelima, tolaklah saran negatif. Bisa jadi, tidak semua orang di sekitar kita memberikan dorongan, dukungan, dan bersikap positif pada kita. Sebagian dari orang yang ada di sekitar kita mungkin berpikiran negatif. Hal inilah yang tak jarang malah melunturkan rasa percaya diri kita dengan mempertanyakan kemampuan, pengalaman, dan aspirasi-aspirasi kita.

Dengan demikian, mungkin ada baiknya jika kita sedikit mengambil jarak dengan sebijak mungkin bila ada pihak-pihak yang mencoba melunturkan kepercayaan diri kita. Keenam, ikuti saran positif. Rasa percaya diri merupakan sifat "menular". Artinya, jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki cara pandang positif, bersemangat, optimis, dsb, maka kita memiliki kecenderungan untuk meniru sifat tersebut.

Karena itu, carilah lingkungan yang bisa memotivasi kita untuk sukses. Kita harus mulai senang bergaul dengan orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk bangkit. Bergaul dengan orang-orang yang percaya diri akan berbeda dibandingkan bergaul dengan orang-orang yang gagal. Sebab bergaul dengan orang-orang yang percaya diri, Insya Allah semangatnya akan menular kepada diri kita.

Ketujuh, jadikan keresahan sebagai kawan. Banyak peristiwa atau saat-saat dalam kehidupan yang dapat membuat kita mengalami rasa cemas atau gelisah. Akibatnya, kita mengalami krisis percaya diri. Saat itulah kita harus mulai mengingatkan diri sendiri bahwa rasa cemas dan gelisah merupakan kawan. Tingkatkan energi, tajamkan kecerdasan, tinggikan kewaspadaan, dan kembangkan pancaindera. Daripada menyia-nyiakan energi untuk kecemasan yang sia-sia, lebih baik menghadapi tantangan itu secara tegas dan efektif.

Sesudah perhitungan kita matang, selanjutnya kepercayaan diri akan bertambah dengan memperkokoh ibadah dan doa, karena doa dan ibadah dapat mengundang pertolongan Allah. Semakin kokoh ibadah kita, shalat kita, makin kuat doa-doa kita, dan keyakinan kita dengan pertolongan Allah, maka itu bisa meningkatkan percaya diri.

Kita harus benar-benar menyadari bahwa Allah menciptakan kita benar-benar dengan perhitungan dan pertimbangan Yang Mahacermat. Seperti di firmankan Allah SWT dalam Quran surat at-Tiin ayat 4, "La qad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim" (Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya). Wallahu a`lam.

Sumber : http://www.republika.co.id/

Hikmah Idul Fitri

llahu Akbar….. Allahu Akbar….. Allahu Akbar
Laa Ilaa ha illallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar Walilla Ilham

Dengan takbir dan tahmid, umat Islam melepaskan bulan Ramadan dan dengan takbir dan tahmid pula menyambut 1 Syawal 1430 H. Mudah-mudahan pelepasan bulan Ramadan dan penyambutan bulan Syawal terpenuhi makna dan arti kedua peristiwa yang terjadi dalam suasana bergembira.

Selama bulan Ramadhan, jiwa, ruh, dan hati umat Islam benar-benar telah terasah dengan amal-amal kebajikan, sehingga hati mereka yang merupakan wadah ketakwaan semakin terbuka lebar dan luas guna lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas takwa yang sudah diperoleh selama beribadah di bulan Ramadan, "Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa" (QS. Al-Hujurat ayat 3). Tujuan dari puasa adalah untuk menjadikan orang-orang yang melakukannya menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 183: “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu sekalian dapat bertaqwa”.

Idul fitri adalah hari kemenangan besar yang mengembalikan manusia pada fitrahnya (kesuciannya) dimana jiwa kembali bersih karena dibasuh dengan ibadah, fitrah dan saling memaafkan serta rezeki yang kita miliki telah dicuci pula dengan zakat.

Kembali kepada kesucian artinya dengan merayakan Idul Fitri ini kita mendeklarasikan kesucian kita dari berbagai dosa sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri inilah, manusia yang taat pada takdir Allah SWT meyakini tibanya kembali fitrah diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan kala itu seperti terlahir kembali. Dan, bila kita bersedia menerima fitrah yang ada di hari besar ini serta menerjemahkan dengan pikiran dan bahasa sederhana, Idul Fitri merupakan momentum bagi manusia untuk langkah awal menuju kehidupan lebih baik.

Kembali kepada fitrah berarti kembali kepada jati diri sebagai hamba Allah SWT yang muslim, hamba Allah SWT yang memakmurkan kehidupan, hamba Allah SWT yang tidak egois dan tidak arogan. Jadi, jika seorang muslim selama sebulan berpuasa, shalat tarawih, baca Al-Quran, shalat di masjid. Namun, setelah selesai bulan puasa kita tidak shalat, memusuhi masjid, memusuhi Al-Quran. Ya.... dia justru melenceng dari fitrahnya, puasanya tidak berarti bagi dirinya. Sebaliknya jika selama bulan Ramadhan kita sudah saleh secara pribadi, saleh secara sosial, memakmurkan masjid, bersilaturahim dengan banyak orang, maka dia berada dalam kondisi yang sesuai dengan fitrah. Jika dia ber-Idul Fitri, maka dia akan kembali kepada fitrahnya dengan menguatkan komitmen-komitmen itu sehingga setelah bulan Ramadhan pun akan semakin cinta dengan masjid, cinta dengan Al-Quran, akan tetap bersilaturahim. Hal inilah yang akan menjadikan Islam sebagai sumber keselamatan bagi kehidupan.

Di hari Idul Fitri, jiwa kita akan merasa tenang dan tenteram karena dosa-dosa kita kepada Allah SWT telah diampuni, berkat puasa Ramadhan yang telah kita lakukan kareana dorongan iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu dari dosanya”.

Sesudah shalat Idul Fitri nanti  kita akan meminta maaf kepada keluarga, kaum kerabat dan famili, teman, tetangga dan kenalan kita dari kejahatan, kesalahan serta perbuatan dzalim yang pernah kita lakukan terhadap mereka, agar jiwa kita benar-benar terbebas dari dosa kepada Allah SWT dan kesalahan kepada sesama manusia. Dan dengan demikian kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Dalam surat Al-Imran ayat 112 Allah, SWT telah berfirman: “Mereka itu akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka itu menyambung tali hubungan baik dengan Allah SWT dan tali hubungan baik dengan sesama manusia”.

Dengan menyambung tali hubungan baik dengan sesama manusia yang ditandai dengan masing-masing pribadi berani mengakui kesalahan dirinya dan berani meminta maaf kepada orang yang lebih muda usianya dan lebih rendah pangkat dan derajatnya, kehidupan masyarakat nampak rukun dan damai. Persatuan dan kesatuan masyarakat yang tulus dapat kita saksikan dengan jelas. Sedang persatuan dan kesatuan yang tulus dan murni dari sesuatu bangsa itu adalah merupakan salah satu kunci dari keberhasilan dalam mencapai pembangunan lahir dan batin.

Beberapa kebiasaan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyambut Idul Fitri yang patut Umat Islam contoh, yaitu:

Berpenampilan Indah
Rasulullah SAW itu saat Idul Fitri memakai pakaiannya yang paling baik (bukan berarti baju baru, lho) dan membaguskan penampilannya. Berkata Ibnul Qayyim dalam "Zadul Ma'ad": "Nabi memakai pakaiannya yang paling bagus untuk keluar (melaksanakan shalat) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Beliau memiliki perhiasan yang biasa dipakai pada dua hari raya itu dan pada hari Jum'at. Sekali waktu beliau memakai dua burdah (kain bergaris yang diselimutkan pada badan) yang berwarna merah, namun bukan merah murni sebagaimana yang disangka sebagian manusia, karena jika demikian bukan lagi namanya burdah. Tapi yang beliau kenakan adalah kain yang ada garis-garis merah seperti kain bergaris dari Yaman." Sedangkan salah seorang sahabat Nabi, Ibnu Umar juga biasa memakai pakaiannya yang paling bagus pada dua hari mulia tersebut.

Bertakbir
Bertakbir atau biasa kita sebut takbiran merupakan sunnah Rasul. Telah diriwayatkan bahwa, "Beliau keluar pada hari Idul Fitri, maka beliau bertakbir hingga tiba di tanah lapang dan hingga ditunaikannya shalat. Apabila beliau telah menunaikan shalat, beliau menghentikan takbir". Juga pada pagi hari Idul Fitri dan Idul Adha, Ibnu Umar mengeraskan takbir hingga ia tiba di tanah lapang, kemudian ia tetap bertakbir hingga datang imam.

Mandi sebelum shalat 'Id
Dari Nafi' ia berkata : "Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke tanah lapang." Sedang Imam Said ibnul Musayyib berkata : "Sunnah Idul Fitri itu ada tiga, berjalan kaki menuju tanah lapang, makan sebelum keluar ke tanah lapang dan mandi."

Makan sebelum berangkat sholat
Makan sebelum berangkat sholat bukan berarti di sana nanti nggak menyediakan konsumsi, tapi karena emang disunnahkan kok oleh Rasulullah SAW. Dari Anas r. a. ia berkata : "Rasulullah SAW tidak pergi ke tanah lapang pada hari Idul Fitri hingga beliau makan beberapa butir kurma."  
 

My Blogg © 2008 using D'Bluez Theme Designed by Ipiet Supported by Tadpole's Notez Based on FREEmium theme